Halaman

Jodoh: Merayakan Kebetulan Yang Tak Ada (?)

*Tulisan ini semacam opini, berasal dari pengetahuan, pengamatan, dan pengalaman saya, menanggalkan refrensi dengan maksud mencoba mengolah argumentasi saya terhadap realita yang saya pertanyakan* 


Sebuah hubungan (status) selalu dimulai dari saling tahu satu sama lain, jarang berasal dari belum kenal langsung menjalin kasih, meskipun ada, tapi minoritas. 

Yang saya pertanyakan adalah kenapa terciptanya sebuah hubungan (kasih) selalu berasal dari saling tahu satu sama lain, meskipun sekedar tahu, berasal dari pandangan pertama dan diteruskan menjadi komunikasi, pertukaran kesan satu sama lain, lalu tercapailah kesepakatan menjalin sebuah hubungan? 

Rasa suka terhadap pasangan jenis memang sudah menjadi naluri setiap manusia. Memang pula sudah kodratnya Tuhan menciptakan kita berpasangan jenis, bahkan Dia sudah mennggariskan jodoh setiap dari kita, entah siapa jodoh kita dan apa maksudnya Dia sudah menggariskan jodoh kepada manusia, tetapi yang pasti tanpa kemauan dan usaha, tak ada jodoh di sana, tak ada yang digariskan. Berarti bisa dikatakan siapa pasangan kita itu berasal dari usaha kita untuk mendapatkan jodoh, jodoh yang sesuai dengan subyektivitas kita. 

Berbicara tentang subyektivitas, nantinya jodoh akan mengarah pada selera. Dan kenapa selera selalu berasal dari apa yang kita lihat? Saya sendiri percaya kalo ada banyak seseorang yang belum pernah saya lihat di luar sana yang lebih baik secara apa pun dibanding seseorang yang sedang saya kagumi sekarang. 

Apakah ini ulah semesta yang memang selalu mengucapkan kalimat “Di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan”? Memang benar, siapa yang kita kenal juga tergantung kepada daya jelajah kita sebagai manusia untuk masuk dalam berbagai macam ruang yang di dalamnya ada bermacam jenis manusia dengan karakternya yang berbeda. Semakin tinggi daya jelajah manusia, semakin banyak manusia lain yang dikenalnya pula, dan semakin banyak kesempatan untuk menemukan seseorang yang akan menjadi pasangan jenis kita. Ruang–ruang lain itu menawarkan manusia lain di dalam ruang kita saat ini. 

Saat menentukan pasangan jenis, tentu banyak macam subyektivitas dalam diri kita yang biasa kita sebut dengan tipe. Tapi sebenarnya, dalam realitasnya, tipe tersebut selalu tidak pernah bisa absolut. Selalu ada kekurangan yang pada akhirnya menjadi suatu ancaman, ketakutan saat nantinya memutuskan untuk menjalin hubungan. Di dalam kekurangan itu seperti adanya jarak, sejarah, pola pikir, sifat, kepercayaan, dan berbagai macam hal lainnya yang kompleks. 

Fungsi menjalin sebuah hubungan sendiri pada dasarnya sudah kompleks karena penuh dengan subjektivitas. Seperti saya yang saat ini punya ideologi dalam menjalin sebuah hubungan adalah untuk berkarya dan berdoa. Namun, oleh karena atas dari subyektif itu tadi, pasangan yang kita inginkan juga punya subyektivitasnya sendiri atas mengapa dia menjalin sebuah hubungan. Sebenarnya, keindahannya di situ, mempertemukan apa yang menjadi ideal kita dan idealnya pasangan kita. Terjadi saling mendamaikan diri di antara keduanya, dan itulah yang menjadi penting. 

Lalu, jika kata ideal sudah terucap dimana semua berasal dari pertemuan semua yang ada di dalam diri kita dengan semua yang ada di dalam dirinya, lalu apa? 

Inilah yang sebenarnya belum ideal. Apakah proses menemukan dengan mencari pasangan dengan terus menerus menjelajahi ruang-ruang lain terlebih dulu adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas? Atau proses menemukan dengan mencari pasangan yang ada di ruang kita saat ini adalah jawabannya? 

Lagi-lagi ini masalah waktu dan berdamai dengan diri sendiri lewat mencoba melupakan apa yang dipertanyakan. Dan mensyukuri apa yang saat ini ada, tanpa berusaha sekuat tenaga meng-ada ada-kan apa yang sebenarnya belum atau tak mampu untuk di-ada-kan. Bukankah itu melawan semesta? Melawan ke-ada-an sekarang yang sebenarnya tak ada yang kebetulan ini. 

Proses menemukan dan mencari pasangan bukan soal usaha untuk berdamai dengan diri sendiri, tetapi berdamai dengan semesta dengan merayakan kebetulan yang tak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar