Halaman

4 Januari 2025

 


Sabtu sore menyempatkan diri untuk datang di acara diskusi Refleksi 10 Tahun Program Film Danais. Aku tahu acara ini dari poster yang diunggah Bagus Suitrawan di Instagram. Bagus sendiri adalah insan sinema sekaligus pengelola Bolo Space di Kotabaru, tempat diskusi ini digelar. 

Aku mengikuti diskusi ini selama kurang lebih tiga jam. Berada satu ruang yang dipenuhi dengan insan perfilman independen Jogja tentu menjadi pengalaman tersendiri. Ada banyak hal baru yang aku ketahui terkait masalah-masalah komunitas film lokal dan bagaimana love hate relationship mereka dengan pemerintah daerah yang punya program pendanaan film lewat dana keistimewaan. 

Jika ada satu hal yang paling menarik perhatianku selama diskusi, itu adalah cara komunikasi dari para pembicara dan peserta diskusi. Para sutradara punya cara bicara praktis, langsung dar der dor dan quotable. Sementara para pemangku kepentingan yang diwakili oleh "bapak & ibu" pemerintah daerah, cara tuturnya seperti sedang rapat dinas, normatif, dan kaku. Hadir juga para peneliti dan akademis yang membawa banyak data dan pemaparan-pemaparan. Di lain sisi, para kurator program berperan sebagai pihak yang menengahi kepentingan-kepentingan. Aku hanya mengamati dan menikmati celotehan mereka. 

Tentu aku salut dengan ekosistem perfilman independen Jogja yang guyub seperti ini. Aku kira sudah jadi tradisi di Jogja bahwa antarseniman saling terhubung dan punya forum untuk membicarakan masalah bersama. Menariknya, di komunitas film, para pemangku kepentingan juga meluangkan waktunya untuk hadir. 

Ngomong-ngomong, selain mengikuti diskusi, kehadiranku juga ingin cek ombak terkait ruang. Tahun ini Nia dan aku punya rencana untuk mengisi salah satu ruang yang ada di Bolo Space. Kami berencana membuat toko buku dan perpustakaan kecil di Bolo Space. Jika rencana ini terealisasi, jam buka toko nanti dari pukul 15.00 - 19.00 WIB. Sampai sekarang, TOS! (TOKO SOKONG!) jadi kandidat nama terbaik. Nama ini adalah saran Zizi waktu Nia minta saran nama toko ke teman-teman di Instagramnya. Dari banyak saran yang kebanyakan di luar nalar, saran dari Zizi yang paling masuk akal. :) 

3 Januari 2025

 


Aku dan Nia sedang membantu seorang seniman membuat artist's book. Ukuran bukunya 40 x 50 cm. Ini adalah ukuran buku terbesar yang pernah kami buat. Ada banyak orang yang terlibat dalam pengerjaan buku edisi unik ini (dibuat cuma 1). Kompleksitas produksi membuat buku ini perlu dikerjakan oleh banyak orang. Dari cetak foto yang menggunakan teknik salt print dan vandyke brown printing, cetak sablon untuk teks, book binding dengan teknik khusus (aku lupa nama tekniknya), dan clamshell box buat packaging. Secara skala produksi, tentu ini level yang berbeda, apalagi dengan tenggat waktu yang singkat. Hari ini semua materi cetak sudah diserahkan ke book binder. Proses penjilidan dan pengerjaan packaging berbarengan. Tanggal 6 besok adalah tenggat buku selesai karena tanggal 7 pagi buku harus diterbangkan ke luar negeri. Ngeri-ngeri sedap. Semoga lancar. Amin.