Ada apa dengan percaya diri? Kenapa setiap orang butuh dia
sebagai api untuk membakar dirinya
sendiri?
Baiklah, dia sekarang meninggalkanku. Meninggalkanku di saat
yang tidak tepat. Apa jangan-jangan aku yang meninggalkannya di suatu tempat
yang aku sendiri lupa dimana itu? Toh, kodratnya aku dilahirkan untuk menjadi
seorang pelupa.
Atau, jangan-jangan dia sebenarnya sudah ada di depanku,
tetapi aku masih terlalu sibuk mencari dia yang lain yang sebenarnya itu adalah
bukan untukku?
Masa bodoh dengan percaya diri. Dia selalu mempermainkan
batinku. Dia adalah senyawa yang seharusnya tidak perlu dipunyai manusia.
Lalu, harus apa aku tanpanya? Bagaimana caraku untuk bisa tetap
berdiri tegap menghadapi ke-abdurd-an dunia yang terlalu membingungkan ini?
Bagaimana aku bisa tegar? Apakah aku saat ini sedang berada
dalam titik nadir terlemahku? Aku berharap penderitaan batin ini segera
berakhir. Lalu bagaimana caranya tanpa bantuannya?
Lalu bagaimana dengan Tuhan? ….. aku tak perlu membahasnya
karena Tuhan tak perlu lagi diumbar-umbar. Dia seperti percaya diri yang selalu
menyembunyikan dirinya. Dia adalah seniman terhebat sepanjang ketidak tahuan
manusia. Dia juga senyawa yang aku juga bingung mesti harus bilang apa. Bagiku,
dia ada di dalam diri manusia sendiri. Tak perlu dicari, apalagi ditemukan, toh
seringkali, bertemu dengannya malah saat
kita (khususnya aku) berada dalam keadaan tak sadar, saat tak ada kepentingan di
dalam diri kita, saat kita menjadi manusia murni tanpa campur tangan kesadaran
di dalam diri kita. Dia terlalu pintar menyembunyikan kodratnya sebagai Tuhan. Dan
aku sangat menghormatinya tanpa sedikit pun ingin mengumbar-umbar akan
kebesarannya. Biarlah semua berjalan sesuai keinginannya.
Biarlah semua tetap membingungkan, dan biarlah aku terus
mencari untuk apa dan kenapa yang sebenarnya tak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar