Halaman

Proses Menemukan Eksistensi Diri

Semua berawal dari proses pencarian tentang siapa dan untuk apa saya ada, proses itu berlangsung dari awal tahun sampai pertengahan 2013. Dari proses kontemplasi yang menhabiskan waktu tidak sebentar itu, pada akhirnya saya menemukan diri saya di saat kondisi tidak sadar (pada waktu itu mabuk mushroom).

Saat dalam kondisi tidak sadar itu, saya mempertanyakan akan keabsolutan yang hakekatnya tidak ada karena semuanya selalu ada dua sisi, seperti baik dan buruk, benar dan salah, dan lain-lainnya selalu ada pro dan kontra. Lalu, pada akhirnya saya mempertanyakan kebenaran. Dimana kebenaran sesungguhnya jika selalu ada dua sisi yang berbeda di setiap aspek kehidupan manusia?

Sampai pada akhirnya setelah melewati fase itu, saya mencari tahu apa yang saya rasakan itu. Saya mempelajari segela macam ilmu filsafat, konsep-konsepnya, sampai pada akhirnya saya menemukan konsep eksistensialisme-nya Martin Heideger. Bagi saya, konsep Heidegger akan manusia otentik sebagai landasan manusia untuk dapat eksis adalah jawaban atas apa yang sedang saya alami.

Sebenarnya, saya berangkat dari ketiadaan karena saat saya mengalami fase tidak sadar, saya menganggap segala hal di dunia itu tidak ada, termasuk diri saya sendiri, tapi saya masih percaya Tuhan. Berbeda dengan konsep Nihilis yang menganggap segalanya tidak ada, termasuk Tuhan.

Bagi saya, hidup akhirnya bukan sekedar untuk hidup lagi, tapi bagaimana menjalani hidup dengan memaknai segala hal yang ada di hidup untuk hidup. Di dalam hidup itu ada ruang yang jumlahnya tak terhingga dan waktu yang terus berjalan. Pada akhirnya semuanya menjadi pilihan, dan manusia sendiri lah yang harus menentukan pilihannya sesuai dengan kebenaran yang diyakininya masing-masing, bukan kebenaran atas yang telah disepakati,meskipun tak selamanya harus berpegang terus pada kebenaran milik diri karena pada hakekatnya juga manusia adalah makhluk sosial.

*16 Mei 2013, 16.40
*16 Mei 2013, 17.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar