Tak perlu berusaha untuk menjadi beda karena
sejatinya masing-masing dari kita sudah berbeda. Apa yang perlu ditunjukkan
lagi? keberhasilan? kegagalan? Kesendirian? Kebersamaan? Keberanian? Penyesalan?
Kemarahan? Kekaguman? Kebaruan? Apa lagi? Kita selalu ingin menunjukkan sesuatu
dari segala apa dari kita agar dilihat, meskipun hanya sekedar dilihat. Begitu
saja.
Sesuatu yang perlu ditunjukkan sebenarnya ada
jauh di dalam.
Banyak orang yang ingin menemukan sesuatu itu,
melakukan perjalanan jauh ke dalam dengan hanya bersemangat harapan, bermimpi
untuk lekas menemuinya, lalu menggandengnya erat untuk pulang dan menunjukkan
kepada siapa saja . Namun, banyak di antara mereka yang banyak istirahat karena
lelah, sambil memikirkan kembali perjalanannya, kesadaran mereka mulai
diserang. Bagaimana tidak? Perjalanan yang mesti dilakukan sendiri itu hanya
mempunyai satu penunjuk arah, insting. Seperti apa wujud insting itu? Dia hadir
secepat kilat, sekelebat lewat di alam sadar, belum lagi banyak pertanyaan yang
diajukan dari diri mereka yang lain yang selalu ditemui tanpa diundang. Belum
lagi pertemuan dengan musuh berwujud realita yang dengan siasat liciknya selalu
membuat mereka mudah terhisap ke dalamnya karena keletihan. Dan belum
lagi-belum lagi lainnya. Kadang-kadang mereka lelah dengan harapan, tapi tetap
memepercayainya. Terlalu banyak yang dikeluhkan, tapi masih banyak dari mereka
yang tetap terus berjalan, berjalan dengan harapan yang keletihan.
Sedikit orang yang tidak ingin menemukannya.
Maksudnya, mereka juga melakukan perjalanan jauh itu, tapi dengan keinginan
yang tidak ingin menemukannya. Mereka berjalan, menikmati misteri yang
terhampar di depan mereka. Kadang-kadang untuk menghibur diri, mereka
bernyanyi, berbicara dengan diri sendiri, melompat-lompat, tertawa, menangis,
mereka membuat cerita yang mereka nikmati sendiri dengan menganggap mereka
adalah pemeran utamanya. Saat menghadapi realita, mereka mengencinginya, saat
berhadapan dengan diri mereka yang lain, mereka membiarkannya lalu meninggalkannya.
Tak ada harapan dari mereka. Maksudnya, harapan mereka adalah tak ingin
berharap. Mereka berjalan mengikuti penunjuk arah yang adalah insting, bagi
mereka, cuma ada dua, kanan atau kiri, depan atau belakang. Jika yang sekelebat
lewat itu mengatakan kanan, maka mereka akan ke kanan, jika sudah ke kanan dan sekelebat
yang lewat itu mengatakan kebelakang yang meski artinya kembali lagi ke tempat
tadi, maka diikutinya. Jadi, tak jarang mereka terlihat sekedar berputar-putar
saja, tapi mereka terus berjalan tanpa ada yang ingin diharapkan.
Golongan banyak dan sedikit pada akhirnya dari
mereka ada yang menemukan sesuatu itu. Maksudnya merasa menemukan sesuatu itu.
Mereka yang merasa tentulah tidak menemukan apa-apa karena sekedar merasa
menemukan. Jadi tak ada apa pun, mereka masih menghadap bentang yang sama. Mereka
sekedar merasa. Dan setelah merasa menemukan, mereka pulang, pulang dengan menunjukkan
kediaman yang tertanam di mulut mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar