Kata seorang teman, aku terlalu murung untuk seusiaku
Dia lalu menyuruhku untuk bersenang-senang
Kubilang padanya, beginilah caraku
Lalu dia tersenyum pahit
Aku tahu yang ada dipikirannya adalah keceriaan yang konkrit
Saat aku ceria dengan cara yang berbeda, dia menyebut aku gila
Tidak cuma itu, yang lebih mengherankan, dia menanggapiku dengan acuh
Bagaimana pantasnya ceria itu, kutanyakan padanya
Dia lalu menyodorkan humornya
Aku tetawa, tentu juga bisa menikmatinya, tapi air mataku kering
Tawa lalu surut, menuju pelan-pelan ke diam
*
Ingin aku mengeluh padanya bahwa aku sudah lelah dengan keindahan kodrati
Kemana pun aku pergi, sejauh apa pun, rasanya akan tetap sama
Aku mencoba untuk mengindahkan sendiri apa yang aku hadap
Bagiku, sesuatu yang tak terlihat mempunyai pesona yang lebih
Bagaimana seorang perempuan merefleksikan alam
Bagaimana cerita masa lalu bisa merubah hidup siapa pun yang meresapinya
Begitu juga dengan hal-hal yang saling tak berkaitan yang selalu menawarkan kejutan-kejutan kecil
Semua itu keindahan macam apa aku juga serasa mengada-ada, terlalu muluk
Tak jelas mereka membuat aku kuyu
Tapi dengan merasakan itu aku bisa mencapai ekstase, barang secuil
Dan itu sudah cukup untuk mengisi titik-titik-titik-titik-titik-titik-titik-........................
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar