Halaman

Mendengar Membaca


Aku tiduran di hadapanmu saat itu, sedang mendengarkanmu membaca. 

Seperti biasa, pagi hari, sebelum sesi malam-malam tertentu yang kamu sebut 'belajar membaca' itu dimulai, kamu menuliskan sepucuk surat untukku yang isinya tidak pernah sama satu kata pun, selain tentu saja kata penghubung seperti yang, dan, dengan, meskipun, seolah-olah ,...... Pernah sekali waktu aku tanyakan kepadamu bagaimana bisa kamu menulis surat ajakan yang isinya berbeda setiap kalinya dan kamu hanya menjawab ringan saja bahwa itu latihanmu memperkaya kosa kata. Saat itu, aku diam saja, meskipun bagiku itu alasan yang tidak cukup masuk akal. Aku curiga itu adalah salah satu praktik atas obsesimu terhadap orisinalitas, tetapi aku tak berani menyampaikannya karena takut menyinggungmu. Untuk pernyataan-pernyatan yang rentan seperti itu memang lebih baik ditelan sendiri saja. Aku cukup belajar banyak darimu saat itu. 

Aku suka mendengarkanmu membaca. Buku-buku yang kamu baca tidak semuanya aku mengerti, tetapi setidaknya ada hal-hal baru yang bisa aku pikirkan. Seperti saat kamu 'belajar membaca' sebuah buku non-fiksi tentang kebahagiaan pada saat satu malam tertentu itu, malam terakhir kamu mengajakku. Buku itu tentang seorang penulis yang pergi ke berbagai negara yang dianggap bahagia, dengan menjalani hidup secara partisipatif mencari apa yang menyebabkan seseorang bisa bahagia di setiap negara yang dia kunjungi. Sampai sekarang, salah satu negara yang kamu baca terakhir itu masih membayangiku. Islandia, ya, negara Islandia. Bagaimana bisa mereka menganggap sesuatu yang 'bodoh' itu biasa? Di sini, 'bodoh' paling dihindari, suatu karakter yang dicemaskan sehingga semua mencari aman untuk menjadi 'biasa'. Bagaimana bisa negara yang diselimuti kegelapan secara harfiah itu bisa berada di kutub yang berbeda dengan negara yang diselimuti kecerahan secara harfiah seperti tempat di mana kita tinggal sekarang ini? 

Kamu pernah bilang kepadaku bahwa apa yang aku dengar dari apa yang kamu baca itu jangan terlalu dipikirkan, cukup di didengar saja. Namun, ternyata mendengar untuk mendengar saja sulit. Sampai sekarang aku masih belajar mendengar, dengan sangat keras, kamu harus tahu itu. Saat itu, kamu mungkin sudah melewati kesulitanku dan sudah ke tahap lebih lanjut, 'belajar membaca'. Apakah sekarang kamu masih mempelajarinya di tempatmu sekarang berada? Semoga kamu tetap baik-buruk di sana.