Halaman

Ide

Empat hari yang lalu, saya datang di acara pembukaan "Documenting Now" di UPT Gallery ISI Yogyakarta. Sebuah pameran seni rupa yang memperlihatkan 12 seniman besar yang mengusung semangat kontemporer dalam berkarya mereka, dan ke-12 orang itu semuanya adalah lulusan ISI Yogyakarta. Entang Wiharso, Nasirun, Samuel Indratma, Putu Sutawijaya, dll. Saat menikmati karya - karya yang disajikan dari lantai satu sampai lantai empat gallery, saya melihat salah satu karya seorang perupa yang kebetulan idola saya, Nasirun, yang bagi saya karya itu mempunyai pendekatan yang tak jauh beda dengan karya dari salah satu fotografer jurnalistik berkewarganegaraan Israel, Amit Sha'al. Coba perhatikan:
Foto - foto di atas adalah repro karyanya Nasirun. Stempel kuno yang disusun ke kayu, kemudian dia merespon gambar yang ada di stempel kuno tersebut dengan ukiran yang dia buat.
Foto - foto di atas adalah karya Amit Sha'al. Dia menggabungkan foto cetak hitam putih yang diambil antara 1926 - 1979 dengan tempat dimana foto itu diambil di kondisi yang saat ini. Saya tak mau komentar banyak soal karya di atas karena ilmu saya masih belum nyampe buat membandingkan kedua karya di atas, apalagi membandingkan seni rupa dan fotografi. Hadehhh. Saya lebih tertarik dengan ide mereka menciptakan karya itu. Tapi saya juga masih cethek kalo diminta oleh diri saya sendiri untuk ngomongin ide. Saya lebih baik mengutip analogi salah satu seniman yang ikut berpameran di "Documenting Now", Entang Wiharso. Dalam katalog (Seni kontemporer saya rubah dengan ide), dia mengatakan:
"Kalau saya ibaratkan ide itu KUE. Jangan berebut KUE. Ciptakan sendiri KUE-KUE yang lain versi kita sendiri. Sebaiknya jangan pernah berpikir untuk mengambil sesuatu di dunia, tetapi bagaimana kita bisa memberi dan menambah sesuatu di dunia ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar