Berawal dari melihat karya-karya Cindy Sherman, Frida Kahlo, Francesca Woodman, Alex Prager, Rama Surya, Willis Turner Henry, dan video art dari Anggun Priambodo soal Sinema Elektronik, serta Shan Wei, saya jadi ingin mengekspresikan sesuatu lewat diri saya sendiri. Sebelum saya membuat karya, saya cari tahu dulu tentang apa dan bagaimana self portrait itu. Setelah "ngublek-ublek" mr.google, akhirnya saya sedikit tahu alasan kenapa artist memilih menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek karyanya. Salah satu alasannya yaitu fantasi, dimana wajah yang terekam bukanlah yang utama, tetapi unsur keseluruhan di frame itulah yang menjadi utama (fantasi itu sendiri). Di sini saya juga mempraktekan performatif dalam fotografi dimana saya merekayasa sebuah peristiwa yang nyaris tidak ada padanannya dalam realitas sehari-hari dan membentuk sebuah fiksi tertentu sebagai sebuah kesadaran atas gagasan yang ingin saya kemukakan.
Beberapa karya saya yang saya share kan di sini sebenarnya masih on progress, belum selesai. Dan beberapa foto yang berjudul "Pada Suatu Ketika" ini adalah mini series self portrait saya dimana saya mempertanyakan keberadaan kita setelah mati. Bertolak dari kemualan saya dengan berita kematian yang setiap hari saya baca, lihat, dan dengar di media baik cetak maupun elektronik. Baik kematian yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Bukan perkara saya tidak menyetujui apa yang ada di kitab suci agama saya, pengetahuan agama saya sendiri pun masih dangkal. Oleh sebab itu, saya mencoba secara personal mengekspresikan kegelisahan saya ini dalam bentuk karya ini. Kita ngapain ya setelah kita mati? Langsung ke surga atau neraka? atau langsung di hisab? atau nunggu hari kiamat? atau jangan-jangan roh kita nunggu di bumi ini sampai waktu yang ditentukan oleh Tuhan? entahlah, siapa yang tahu bukan? dan apakah salah buat kita atau saya pada khususnya untuk berfantasi atau menebak-nebak akan apa kita setelah mati? bolehkan? tidak haram kan? :D
Dalam seri ini memang sedikit agak saru ya, dan mungkin saya serasa tidak punya malu dengan pedenya membuat karya yang seperti itu. Namun, dalam ketelanjangan itu bagi saya selalu ada maksud, bukan untuk mengumbar segala sesuatu yang dilarang norma. Bagi saya ketelanjangan adalah suatu bentuk kemurnian. Seperti halnya saat kita mati, entah jasad kita ada atau jadi abu, yang pasti, semua harta benda di dunia tak dibawa oleh roh kita.
Ini sekedar fantasi :D
![]() |
| Pada Suatu Ketika #1 |
![]() |
| Pada Suatu Ketika #2 |
![]() |
| Pada Suatu Ketika #3 |



Tidak ada komentar:
Posting Komentar