Halaman

Tengah Malam, pada Sebuah Tahun yang Dilupakan



Tengah malam yang dingin, tidak denganmu. Aku melihatmu duduk di kursi tamu, seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu. Tatapanmu mudah goyah, tak jenak melihat ke depan dan kemana pun. Punggungmu melengkung, seperti huruf c yang kelaparan. Sudah tiga malam seperti itu, ingin kutanya, tetapi aku terlalu segan dengan kesendirianmu. Aku malah teringat dengan malam-malam rentan milikku, mungkin sepadan dengan kecamuk kekhawatiranmu. 

“Kekhawatiran adalah buah dosa seorang anak kepada orang tuanya”. Aku ingat. Kalimat itu datang di pikiranku pada suatu malam rentan, tak tahu kapan. Ketika datang, kalimat itu segera kutuliskan di bagian dalam pintu kamarku, menggunakan tipe-x dengan huruf kapital. Kalimat itu sengaja kubuat meleleh dengan menahan tekanan ujung tipe-x lama-lama di setiap ujung hurufnya. Mana ujung sebuah huruf? Aku tidak perlu menunjuknya. Jika kamu penasaran, kamu bisa mencobanya dan menemukan ujung hurufmu sendiri. Jika sudah mencoba, apakah kamu bisa merasakan kerentanannya? Kerentanan sebuah ujung huruf? Lalu kata? Lalu kalimat? Tanda baca seperti sebuah titik di ujung pun bisa saja membuatmu kerasan menahannya. 

Jika belum, aku percaya kamu akan mencobanya di waktu yang tepat. Ketika keringat dinginmu sudah terlalu menekan. Keringat kecemasan yang mengada-ada –buah hasil dari keluputan-keluputan kecil yang pelan-pelan dapat membuatmu terbaring tegang. Kamu akan mencobanya, ketika segala sesuatunya terlalu payah, buatmu.

Seperti saat ini. Seperti saat ini, ketika aku mengingatmu di tengah malam. Ingatan yang datang dari sebuah tahun yang aku lupa tepatya. Tak ada catatan angka penunjuk tanggal, yang ada hanya ingatanku yang sempoyongan. Namun, ingatanku cukup untuk membuatku tinggal, di sini, di rumah yang pernah ditetesi keringat-keringat janggal tanpa diketahui asal, oleh kita, dulu. 

Dan sekarang, rasanya aku terlalu mengkhawatirkanmu, tepat di tempatmu dulu. Mungkin ini buah dosaku yang terlalu sering membuat sedih kedua orang tuaku. Salah satunya, seperti yang sering terjadi, di dalam sebuah kotak pesan, hanya mampu membalas ‘iya’ setelah mendapat kiriman doa panjang dari mereka.

Semoga kamu membaik di sana, tak tertimbun dosa apalagi doa.