Siang hari, dari jendela kaca, aku melihat dua anak perempuan yang duduk berpangkuan. Salah satu wajah anak itu kukenal, wajah milik teman masa kecilku. 
Sore hari, aku menolong ibu mengirim peta digital ke seorang temannya. Memasang pin berkode -7.2474270, 110.4240480 dengan tajuk rumah sebagai penandanya. Kode itu sekarang sudah tersimpan di telepon genggam miliknya bersama sebuah foto rumah nampak luar untuk mempermudah pencarian bila dibutuhkan.
Malam hari, televisi menyiarkan lagi dan lagi tragedi di Sulawesi. Beberapa korban yang selamat mengisahkan kembali peristiwa saat itu. Goncangan yang mereka kisahkan sampai ke dadaku. Membuatku tunduk. Mereka menyebut nama Tuhan berkali-kali, mengucapkan rasa syukur sekaligus berduka yang sedalam-dalamnya untuk warga yang masih di sana. Mereka yang selamat dan berbicara sudah berada di Jakarta, meskipun ingatan tentu saja masih berada di sana. Ingatan yang meninggalkan kerak tebal. Ingatan yang membuat salah satu dari mereka ingin langsung pulang ke rumah orangtuanya untuk mencium tangan dan kaki ibunya.
Malam hari, televisi menyiarkan lagi dan lagi tragedi di Sulawesi. Beberapa korban yang selamat mengisahkan kembali peristiwa saat itu. Goncangan yang mereka kisahkan sampai ke dadaku. Membuatku tunduk. Mereka menyebut nama Tuhan berkali-kali, mengucapkan rasa syukur sekaligus berduka yang sedalam-dalamnya untuk warga yang masih di sana. Mereka yang selamat dan berbicara sudah berada di Jakarta, meskipun ingatan tentu saja masih berada di sana. Ingatan yang meninggalkan kerak tebal. Ingatan yang membuat salah satu dari mereka ingin langsung pulang ke rumah orangtuanya untuk mencium tangan dan kaki ibunya.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar