Halaman

7 Juli 2022

Tepat tengah hari, Nia memberi kabar kalau Koneng wafat. Kabar duka ini datang satu jam sebelum aku dan Nia pergi menjemput pulang Koneng dari rumah sakit hewan. Perasaanku campur aduk. Ada dua perasaan yang tumpang tindih: kesedihan dan kelegaan. Sedihku karena abai terhadap gejala awal sakitnya dan baru bertindak ketika kondisinya sudah kritis (dan tak tertolong lagi). Legaku karena akhirnya Koneng tidak merasakan sakit lagi. Dari sekian kucing yang pernah tinggal bersamaku, sampai saat ini Koneng adalah satu-satunya yang memiliki kedekatan emosional denganku. Manjanya berbeda dari kucing lain. Dalam hal-hal tertentu, aku merasa seperti bisa berkomunikasi dengannya. Gawatnya, aku takut kalau selama dua tahun ini aku telah salah mengartikan kode darinya. Jangan-jangan selama ini ketika Koneng mengeong-ngeong dan mengikuti langkah kakiku maksudnya adalah dia bukan minta dielus-elus atau minta makan. Bagaimana kalau dia sebenarnya minta pertolongan? Aku hanyalah manusia kejam yang sok paham soal kode bahasa kucing. Laknat. Dari sini, aku akan berusaha untuk tidak meremehkan gejala awal sakit kucing lagi. Mengendus gejala artinya tanggap terhadap rasa curiga. Yang bisa aku lakukan hanyalah curiga terhadap suatu gejala dan meresponsnya dengan mengecek ke pihak yang lebih paham: dokter hewan. 

Koneng, kamu sudah tidak sakit lagi. Terima kasih sudah menjadi teman baik yang memberi banyak pelajaran dan kehangatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar