Antipati
Hey kamu, kamu, dan kamu, kamu semua
Masih belum lupa tindakanmu di depan mataku
Dimana harga diri yang kamu injak-injak dengan dalih kebebasan
Dimana kamu menambahi sesuatu yang tak semestinya ada
Padahal kamu sudah lama berada di tempat yang seharusnya tahu tentang ke'ada'an
Kamu semacam menunjukkan siapa kamu dengan tindakanmu
Jangan salahkan aku jika tak ku ampuni dosamu yang membuat indah itu sirna karena kesewenanganmu
Maaf jika suatu saat nanti aku cuma bisa memunafikkan diri disaat kamu, kamu, dan kamu, kamu semua membuat sesuatu yang ada, atau yang seperti biasanya, membuat sesuatu yang mengada-ada
--------------------
Pengangguran Intelektual
Tak pernah jera mencoba
Sesuatu yang selalu baru
Tak ada yang tahu
Akan seperti apa nanti jadinya mereka
Tak begitu paham tentang masa depan
Disorientasi bukan seksual
Tapi ini tentang idealis
Membunuh pelan-pelan
Selalu menekan
Wawasan sampai pada busanya
Meluber pelan tak terasa
Sudah tak berasa soda
Mendiamkan diri bukanlah jalan
Gerah, bergairah, dan selalulah gelisah
--------------------
Lelucon Kota
Ketika semua seperti tarik menarik
Padat merayap mengeluarkan nafasnya
Andai siang itu malam dan malam itu siang
Ah alangkah nikmat suasananya
Lihatlah di kanan kirimu
Dimana batas antara yang nyata dan tiada itu semu
Ada setitik kenikmatan di tengah kejanggalan
Itulah estetik dari kota lucumu
Berjalan pelan perlahan bisu
Hanya mendengar dentuman melodi di telinga
Seperti menutup mata
Seakan sangat tak peduli terhadap realita
--------------------
Daging Tak Bertulang
Di tempat temaram itu kita senderkan punggung
Duduk dan ngobrol santai tanpa tekanan dari harapan
Semua indera berusaha menuruti jalan cerita
Bersama sayu mata bukan karena sembab kesedihan
Tawa renyah bergemuruh tak pandang lingkungan
Orang lalu lalang bagai burung sore yang berterbangan
Sob, rasa hormat itu ada di satu setengah liter
Bukan pada keberontakan dalam diam
--------------------
Imajinasi Nafsu
Berjalan pelan-pelan tanpa tahu dimana ujungnya
Memompa darah merah yang sempat beku tertelan waktu
Berlari pelan-pelan tanpa arah tanpa tahu mau harus kemana
Diam sejenak, merasakan pelik, kosong, hancur, musnah
Lari, lari, dan lari
Cepat, cepat, dan semakin cepat
Jalan berliku-liku, pusing, muak, muntah
Harapan bagai sebuah bak fatamorgana
Sekedar ilusi nan aduhai indahnya
Diam, diam, dan diaaaaaammmm !!!!!!
Sekedar itu
Menahan jerit imajinasi sakral
Fakkkkkk !!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar