Halaman

9 Mei 2022


Apakah aku baru saja menyantap sebuah kisah dalam waktu dua setengah jam? Aku kira demikian. Perkiraan waktu rata-rata untuk membaca 50 halaman memang dua jam. Kelebihan setengah jam barusan anggap saja wajar karena aku sambil membuat kutipan.

Kebetulan kisah-kisah yang aku baca sedang ingin aku santap benar. Siapa lagi penulisnya kalau bukan Haruki Murakami. Aku membacanya dengan kesungguhan hati. Ketika membaca "Yesterday", kisah keduanya dalam kumpulan cerita Lelaki-lelaki tanpa Perempuan yang diterjemahkan oleh Ribeka Ota, aku sampai beranggapan bahwa sebenarnya aku sedang membaca sebuah buku pertolongan diri, alih-alih sastra. Aku mengutip kalimat-kalimat bertenaga yang aku sukai dan kira-kira aku butuhkan kelak. Kalimat yang barangkali menjadi salah satu pokok pikiran persoalan. Aku cabut kalimat bertenaga itu begitu saja jadi milikku dan kusimpan di dalam buku saku khusus bonus beli buku. 

Bagian terbaik dari menikmati sebuah kisah adalah jika aku bisa menemukan diriku di dalamnya. Bagiku, di situlah letak kekinian para tokoh dalam cerita bisa hidup menjadi teman baik. Seperti tahu saja krisis yang sedang dihadapi oleh pembacanya, temannya. Peran para tokoh di sini bagi pembaca kelas menengah sampah sepertiku bisa lebih dari pengantar informasi kepongahan/ketertindasan kelas yang memancing sedikit banyak emosi.

Aku bagikan satu, salah satu kutipan favoritku:

Kitaru mungkin sedang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh. Dengan caranya sendiri yang berbeda dari orang-orang biasa, dengan alur waktunya sendiri, dan dengan amat jujur dan lurus. Tapi ia sendiri belum bisa menguasai apa yang sedang ia cari. Karena itu ia belum bisa menjalankan berbagai hal dengan mulus mengikuti arus di sekelilingnya. Masalahnya, jika orang belum tahu apa yang dicarinya, pencarian itu pasti sangat sulit. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar